Tag

,

Pendidikan tidak hanya ada dalam demarkasi dinding sekolah atau perguruan tinggi. Dalam konsep pendidikan di Indonesia, paling  tidak dikenal  tiga  jenis pendidikan.  Pertama,  Pendidikan formal  adalah  jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjaug mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Kedua, Pendidikan  nonfomal adalah  jalur pendidikan  di  luar pendidikan  formal  yang dapat dilaksanakan secara  terstruktur  dan berjenjang. Jenis  dan lama  pendidikan nonformal ini  sangat beragam. Pendidikan  ini lazim juga disebut dengan  “pendidikan luar  sekolah”.  Ketiga, Pendidikan  informal, yaitu pendidikan yang  dilakukan  oleh  keluarga  atau belajar secara mandiri. Konsep  belajar sepanjang  hayat  (long-life education)  adalah sebagian  besar dilakukan melalui  pendidikan informal.  Pada  dasarnya manusia yang selalu belajar adalah melakukan pendidikan informal,  baik mendapatkan ilmu dari orang  lain atau dengan melakukan kegiatan individu melalui membaca, melihat, mendengar  atau atas dasar pengalaman. Salah satu lembaga  yang memfasilitasi pendidikan informal  ini  adalah Perpustakaan  Umum.

UNESCO (1972) dalam Manifestonya yang dikeluarkan  pada  tahun 1972 menyatakan  bahwa tujuan  Perpustakaan Umum  adalah untuk: (1) memberikan  kesempatan  bagi masyarakat umum untuk  membaca bahan pustaka  yang dapat membantu meningkatkan  mereka ke  arah kehidupan yang  lebih baik, (2) menyediakan  sumber  informasi yang cepat,  tepat  dan  murah  bagi masyarakat,  terutama informasi mengenai topik yang berguna bagi mereka  dan yang  sedang  hangat dalam kalangan  masyarakat,  (3) membantu  warga untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya  sehingga yang bersangkutan akan bermanfaat  bagi masyarakat sekitarnya,  sejauh kemampuan tersebut dapat dikembangkan dengan bahan  pustaka,  dan  (4)  bertindak sebagai  agen kultural  artinya Perpustakaan Umum  merupakan pusat utama kehidupan budaya bagi masyarakat sekitarnya.

Perpustakaan Umum merupakan fasilitator untuk melakukan pendidikan sepanjang hayat  yaitu memfasilitasi  kemauan dan  semangat  belajar  secara berkesinambungan.  Dalam kaitan ini, seorang pakar Perpustakaan, Sutarno N.S.  menyatakan Perpustakaan Umum  diibaratkan sebagai  Universitas  Rakyat, karena menyediakan  semua jenis  koleksi bahan pustaka dari berbagai disiplin ilmu, dan pemakaiannya  oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa kecuali. Selain itu, Perpustakaan dapat menjadi alternatif tempat belajar bagi anak putus sekolah, dan anak dari keluarga miskin atau ekonomi lemah.

Dalam catatan sejarah, ada kisahorang dengan ekonomi lemah yang dapat memanfaatkan perpustakaan sebagai tempat belajar dan berhasil menjadi orang sukses adalah Andrew Carnegie. Tokoh yang dilahirkan di Skotlandia dengan keadaan miskin, lalu hijrah ke Amerika. Di usia muda ia bekerja keras sebagai pengirim telegram. ia juga memiliki semangat belajar tinggi. Sadar bahwa sekolahnya rendah ia meminjam buku-buku dari perpustakaan milik Colonel James Anderson, seorang tokoh yang membuka perpustakaan pribadinya di malam hari bagi anak-anak yang bekerja. Hasilnya, Lagi-lagi sikapnya ini dan kemampuannya membaca telegram menarik perhatian banyak orang. Thomas A. Scott seorang kepala stasiun Pennsylvania menawarinya pekerjaan baru sebagai asistennya. Gajinya berlipat-lipat menjadi US$35 sebulan, padahal saat itu ia baru berusia 18 tahun. Kesempatan itu tak ia sia-siakan. Dan akhir hidupnya ia menjadi salah satu orang terkaya di dunia, bahkan disebut-sebut orang kedua terkaya setelah Rockefeller.

Butuh Dukungan

Keberadaan perpustakaan bukannya tidak memiliki masalah. Sebagai lembaga nirlaba, perpustakaan memiliki keterbatasan sumber daya, terutama perpustakaan umum yang didirikan dan dikelola oleh masyarakat umum secara swadaya. Sumber daya ini berupa dana dan fasilitas. Dana untuk pengelolaan perpustakaan biasanya berasal dari kantong pribadi pendiri dan sumbangan masyarakat. Sedangkan fasilitas perpustakaan menggunakan fasilitas pribadi pendiri yang dihibahkan kepada perpustakaan.

Dengan permasalah di atas, tidak heran banyak perpustakaan yang megap-megap dalam menjalankan aktivitasnya melayani pembaca. Keterbatasan sumber daya yang dimiliki, menyebabkan keterbatasan pelayanan. Karena itu, keberadaan perpustakaan sebagai fasilitator belajar sepanjang hayat membutuhkan bantuan dari semua pihak, tidak hanya dari pemerintah, juga masyarakat dan swasta.

Dukungan swasta ini dapat datang dari mana saja, termasuk juga dari operator telekomunikasi berupa program CSR. Program CSR operator telekomunikasi ini dapat berbentuk hibah dan pelatihan IT untuk perpustakaan, agar pengguna perpustakaan dapat belajar menggunakan komputer dan mengakses sumber informasi tanpa batas berupa internet.   Selain itu, dapat juga dibuatkan gerakan sms donasi untuk pendanaan perpustakaan, perpustakaan sebagai lembaga nirlaba tetap memerlukan dana agar pengelolaannya berjalan dengan baik.

Setidaknya itu usul penulis tentang bentuk dukungan yang dapat dijalankan oleh operator telekomunikasi dalam mendukung keberadaan perpustakaan sebagai fasilitator pendidikan sepanjang hayat. Selain usul itu, operator telekomunikasi juga dapat memberikan dukungan kepada perpustakaan dalam bentuk lain, sesuai dengan kemampuan dari operator telekomunikasi.